Hutang Baik vs Hutang Buruk

Hutang baik dan hutang buruk
Di minggu-minggu kemarin saya sudah membahas mengenai hutang. Pada pembahasan sebelumnya itu saya membahas mengenai kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan sehingga memunculkan jeratan hutang. Artinya kebiasaan-kebiasaan tersebut memiliki sifat yang negatif, sehingga hutang yang muncul pun ialah hutang yang sifatnya negatif.

Loh, memanggangnya ada hutang yang memiliki sifat yang positif?


Sebelum saya membahas mengenai hutang yang memiliki sifat positif, terlebih dulu saya akan memaparkan beberapa mitos yang muncul pada masyarakat Indonesia mengenai hutang, diantaranya seperti di bawah ini :

  • Hutang itu negatif dan harus kita hindari kalau ingin sukses.
  • Punya hutang itu beban.
  • Punya hutang akan membuat kita menjadi "budak" Bank.
  • Punya hutang itu berarti miskin atau tidak punya uang.
  • Punya hutang itu menyusahkan anak dan pasangan.
  • Punya hutang itu tidak bermoral.
  • Punya hutang itu tidak berwibawa.

Dari mitos-mitos di atas, menunjukan bahwa pada kenyataannya masyarakat Indonesia beranggapan bahwa hutang itu memiliki sifat yang negatif. Mitos-mitos tersebut memang menunjukan realitas mengenai utang yang ada di masyarakat kita dan itu benar adanya. Tetapi tidak semuanya harus kita pukul rata atau menggeneralisasi bahwa semua hutang itu buruk adanya.

Sebelumnya saya sudah menegaskan bahwa ketika kita mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang buruk akan memunculkan utang yang buruk juga. Hutang tersebut berupa hutang konsumtif seperti hutang untuk membeli gadget mahal, motor mahal, mobil mahal dan lain-lain yang sebenarnya fungsinya bisa digantikan dengan barang-barang yang harganya lebih terjangkau dan tanpa harus berhutang tentunya.

Kembali lagi kita pada pertanyaan sebelumnya di atas. Apakah ada hutang yang memiliki sifat positif? Jawaban saya ada.

Hutang itu sebenarnya memiliki sifat yang netral, seperti halnya dengan uang. Apabila kita menggunakan hutang tersebut untuk hal-hal yang negatif seperti kita membeli barang-barang konsumtif, maka sifat hutang yang akan muncul juga berupa hutang yang negatif. Begitupun sebaliknya, apabila kita menggunakan hutang tersebut untuk hal-hal yang positif, maka hutang yang akan muncul juga ialah berupa hutang yang positif.

Lantas hutang-hutang seperti apa yang memiliki sifat positif?

Hutang-hutang yang memiliki sifat positif contohnya hutang yang kita gunakan untuk mendanai bisnis yang sudah berjalan dan tujuan kita untuk mengembangkan bisnis tersebut sehingga lebih maju lagi dan memiliki omset dan keuntungan lebih besar dari sebelumnya.

Contoh lainnya seperti hutang yang kita gunakan untuk membeli properti produktif seperti properti yang dapat menghasilkan cash flow atau arus uang setiap bulannya.

Terlihat perbedaannya bukan, mana itu hutang-hutang yang memiliki sifat yang negatif dan mana hutang-hutang yang memiliki sifat yang positif.

Pada artikel saya sebelumnya saya menyarankan Anda untuk tidak memiliki hutang, tentunya untuk hutang-hutang yang memiliki sifat yang negatif yaitu hutang konsumtif yang berasal dari kebiasaan-kebiasaan yang negatif. 

Pada artikel saya kali ini, saya hanya ingin memberikan Anda informasi bahwa tidak semua hutang itu memiliki sifat yang negatif. Ini bertujuan untuk menambah wawasan Anda mengenai hutang. Jangan sampai Anda selalu berburuk sangka dengan hutang.

Tetapi disini saya tidak merekomendasikan kepada Anda untuk memiliki hutang, baik hutang tersebut memiliki sifat yang positif sekalipun. Semua keputusan ada di tangan Anda. Bagaimanapun kita juga bisa meraih kesuksesan tanpa menggunakan jalan dengan berhutang.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Hutang Baik vs Hutang Buruk"

Post a Comment